⬇️πŸ‘‡πŸ» Click Me πŸ‘‡πŸ»⬇️

β¬‡οΈπŸ‘‡πŸ» Click Me πŸ‘‡πŸ»β¬‡οΈ
BELAJAR BELANJA HEMAT di SINI bisa COD

Copyright 2021 © Pasutri - Couple All Right Reserved

Belanja Hemat Bukan Pelit tapi "Frugal Living"

Griya Belanja Hemat

Jakarta ( Pasutri  -  Couples ) -  Sementara  ini kami baru menyajikan produk-produk, Fashion Adventure, Dupa Hio Bukhur, Kebutuhan Rumah Ta...

Hanya Ingatkan Pria Yang Baru Mau Nikah

Jakarta (Pasutri) - Sebelum kamu memutuskan untuk nikah, tanya dulu makna nikah bagi kamu sendiri dan pasanganmu.

Apa Nikah itu?

Formalitas, Tuntutan Keluarga, Cinta, Tuntutan Lingkungan, Ingin Punya Keturunan, Mode Saja atau ikut²an, Biar Tidak Dibilang Zinah, Takut Hidup Sendiri, Biar Dibilang Normal, ...

Aku percaya, orientasi kalian untuk nikah tidak se njlimet itu.

Menurutku itu perlu, karena aku tidak pernah menanyakan sebelumnya. Aku pikir dia sama orientasinya, yaitu cinta.

Oh iya aku seorang pria

Dua kali aku gagal (pernikahan petama, dan keduaku), dan kini aku memilih untuk menemani anak² ku saja. Dan tidak terpikir untuk nikah lagi. Bahkan untuk kembali ke salah satu mantanku pun aku tutup rapat².

Orientasiku nikah yang pertama dan kedua, dua²nya karena cinta

Baca juga : Jangan Cari Istri Tukang Bohong

Dari dua kali kegagalanku, aku berangkat dari cinta yang tulus, aku selalu ingin serve the best, tapi tidak sebaliknya.

Lucunya kedua mantanku memiliki fenomena yang sama, sama² keras kepala setelah menikah denganku.

Waktu pacaran sepertinya mereka memiliki Kajiwo (empati) - sepertinya mereka nikah hanya untuk formalitas sebagai manusia normal.

Hati² kalian yang pria, jangan jadi korban penipuan kaum formalitas, pokoknya manis² sebelum nikah. Kalau sudah dapet, mereka sendiri yang tidak mau merawat.

Sampai satu saat, aku bilang, kalau begini terus, mungkin sekali cintaku akan luntur.

Baca juga : Saat Aku Masih Mencintaimu

Lucunya kedua mantanku (aku tidak poligami), memiliki fenomena yang sama. Sama² tidak mau komit sama aturan pasutri.

Tapi saat kuceraikan, mereka mempersulit proses perceraiannya.

Pertanyaanku, apa orientasi nikah mereka, kalau cinta pastinya tidak, nah mungkin salah satu dari daftar orientasi di atas.

Meskipun gagal dua kali, tapi aku beruntung, anak²ku dari kedua mantan istriku, sayang dan perhatian. Sampai² kita seperti teman sebaya, baik anakku yang wanita maupun yang pria.

Semua diceritakan kepadaku, pacar, sekolah, dan semuanya.

Aku sering mengingatkan mereka untuk menyayangi ibu² mereka.

Semoga kalian yang membaca artikelku, tidak mengalami, apa yang aku alami. (Anonim)

Foto : Istimewa

Pepatah absurd @pasutri

Tidak ada wanita yang matre, yang ada cowo miskin

Sementara

Tidak ada playboy, yang ada pelacur yang tertipu (Anonim)

Twitter : @Pasutri - Instagram : @igpasutri - www.pasutri.web.id

Penulis Pasutri




Kesetaraan Gender vs Poligami | Gender Equality vs Polygamy

Meskipun menempati posisi tertinggi (Ibu Pdrtiwi), tapi tetap harus mengikuti tuntunan Pria (Mimi lan Mintuno)
Jakarta (Pasutri - Couples) - Articles in English, after Articles in Indonesian.

Indonesian
Saat ini ada dua kelompok yang bertikai, Kelompok Pejuang Kesetaraan Gender dan Kelompok Pejuang Poligami.

Baca juga : Apa itu Pasutri??

Kelompok Poligami menempatkan wanita sekedar alat pemuas pria semata.


Sementara Kelompok Kesetaraan Gender, menempatkan wanita sebagai manusia yang setara tanpa melihat gender.


Kedua Kelompok tersebut, menurut saya tidak ada yang cocok untuk Budaya Nusantara, bahkan cenderung merusak Budaya Nusantara.

Filosofi Budaya Ibu Pertiwi untuk Pasutri adalah Mimi lan Mintuno. Gambaran kesetiaan yang digambarkan oleh Mimi lan Mintuno adalah Kesetiaan yang Setara tanpa Gender.

Baca juga ; Apa itu Pasutri??

Dua variabel di atas (Ibu Pertiwi & Mimi lan Mintuno) adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan, sehingga menghasilkan interaksi setara dan sehat, di dalam kehidupan Pasutri.

Ibu Pertiwi di Nusantara menggambarkan bagaimana seorang Ibu itu sangat dihormati, tapi karena Kepala Rumah Tangga itu Pria (Suami), maka seorang Ibu harus hormat kepada Suaminya. Maka tampak Suami Istri yang berfilosofi Mimi lan Mintuno itu setara, karena harus saling mengakui kekurangannya, saat mereka harus dipisah.

Baik Kelompok Kesetaraan Gender maupun Kelompok Poligami mereka sama² memiliki Partai Politik.

Maka jelilah keluarga Anda untuk berpolitik.

Catatan :
Ada di Kelompok manapun Anda, dan ingin merubah norma-norma Pasutri Leluhur Nusantara, maka Anda adalah Penghianat Bangsa.

Twitter : @Pasutri
Instagram : @igpasutri 
www.pasutri.web.id


Foto : Istimewa

English

Although occupying the highest position (Mother Earth), but still have to follow the guidance of Men (Mimi lan Mintuno)
Currently there are two warring groups, the Gender Equality Fighting Group and the Polygamy Fighting Group.

The polygamy group places women as mere means of satisfying men.

Meanwhile, the Gender Equality Group places women as equal human beings regardless of gender.

The two groups, in my opinion, are not suitable for Archipelago Culture, and even tend to damage Archipelago Culture.

Mother Earth's Cultural Philosophy for Couples is Mimi and Mintuno. The image of loyalty described by Mimi and Mintuno is Equal Loyalty without Gender.

The two variables above (Ibu Pertiwi & Mimi lan Mintuno) are two things that cannot be separated, resulting in equal and healthy interactions in the lives of married couples.

Mother Earth in the Archipelago illustrates how a mother is highly respected, but because the head of the household is a man (husband), a mother must respect her husband. So it seems that the husband and wife whose philosophy is Mimi and Mintuno are equal, because they have to admit each other's shortcomings, when they have to be separated.

Both the Gender Equality Group and their Polygamy Group both have Political Parties.

Then be observant of your family for politics.

Notes :
Whichever group you are in, and want to change the norms of the Ancestral Couples of the Archipelago, then you are a Traitor of the Nation.

Twitter : @Pasutri
Instagram : @igpasutri 
www.pasutri.web.id

Source: Gender Equality Writer from Men's Side

Photo: Special


Legitimasi Cewe Matre vs Playboy Ketipu Pelacur


Jakarta (
Pasutri - Couples) - Beberapa saat yang lalu, saya menyempatkan diri nonton video pendek Indonesia di Beberapa Platform Sosial Media. 

99% cerita mengenai pelecehan orang miskin, dengan latar belakang cerita teman lama, percintaan remaja, hingga pasutri.

Baca juga : Jangan Cari Istri yang Bermental Wanita Nakal

Jarang sekali yang menceritakan nilai² luhur bangsa ini.

Sangat menyedihkan, karena para remaja sudah setuju untuk mengenyam nilai² materialisme.

Baca juga : Pacaran Bukan Proses Penipuan

Bahkan wanita² yang sudah rusak akhlaknya mempunyai stigma baru. "Hanya cowok miskin yang mengatakan cewe matre"

Baca juga : Jangan Cari Istri yang Bermental Wanita Nakal

Dengan stigma baru itu, melegitimasi wanita² untuk berprilaku sebagai cewe matre.

Secara tidak sadar, hal ini mendikotomikan, antara cowo kaya sebagai standar kepatutan, dan cowo miskin yang tidak patut, sehingga mendorong pria harus kaya, bagaimanapun caranya.

Baca juga : Pacaran Bukan Proses Penipuan

Jelas, sengaja atau tidak film² pendek itu sudah mensosialisasikan pola pikir negatif, kepada generasi muda.

Baca juga : Jangan Cari Istri yang Bermental Wanita Nakal

Semoga para produser film² tersebut segera disadarkan, bahwa film² mereka akan merusak kehidupan anak cucu mereka sendiri kelak.

Disclaimer ini kesimpulan saya:

Cewe Matre punya apologi untuk prilakunya

"Tidak ada cewe matre, yang ada cowo miskin"

Jadi...

 Cowo pun bisa punya apokogi

"Tidak ada Playboy, yang ada Cowo Baik Ketipu Pelacur"

Karena ketipu oleh wanita yang ingin uangnya saja, ia perlu lagi untuk mencoba mencari wanita lain yang tidak materialistis, dengan umpan kekayaan... wkwkwk

Baca juga : Jangan Cari Istri Tukang Bohong

Kembalilah ke Kearifan Lokal... "Perlakukanlah Orang Lain, Seperti Kamu Ingin Diperlakukan" (EW)


Twitter : @Pasutri - Instagram : @igpasutri - www.pasutri.web.id

 Foto : Istimewa


Jika Suami Istri masih Menerapkan Budi Pekerti

Jakarta (Pasutri - Couples) - Setiap hari, ibuku selalu menyediakan kami sarapan dan makan malam. 

Suatu malam,  ibu menghidangkan masakan sayur lodeh dan telur dadar yang gosong di depan meja ayah. 

Baca juga : Kesetaraan Gender vs Poligami

Saat itu saya menunggu apa reaksi ayah dari sajian ibu. 

Ternyata yang dilakukan ayah adalah menyantap makanan yang disajikan sambil tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah.

Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya  menikmati lauk telor dadar yang gosong. 

Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena telor dadar yang gosong itu. 

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan, _“Sayang, jangan khawatir, aku suka telor dadar yang gosong”._.

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ucapan selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telor dadar gosong? 

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, “Nak, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah.

Jadi dengan memakan telor dadar gosong tidak akan menyakiti siapa pun".

Tahu kah kamu nak, yang menyakiti hati seseorang itu adalah 

KATA KATA KASAR,...!!!

Lalu ayah melanjutkan, _"kamu tahu, hidup itu penuh dengan hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna"_

Ayah juga bukan orang yang terbaik dalam segala hal. 

Dengan demikian yang ayah lakukan adalah menerima kesalahan orang lain dan memilih untuk merayakan perbedaan. Ini adalah kunci terpenting untuk mewujudkan hubungan yang sehat dan harmonis.

Hidup ini terlalu pendek untuk diisi dengan penyesalan dan kebencian. 

Cintai mereka yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangi yang lainnya.

Ingatlah pada pepatah, *Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini. 

Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif....

Jangan terlalu perhitungan. 

Jangan hanya mau menang sendiri. 

Jangan suka menyakiti sesama

Belajarlah, selalu berlapang dada dan mengalah. 

Belajarlah, lepaskan beban  hidup dengan ceria. 

Tak ada yang tak bisa diikhlaskan...

Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan... 

Tak ada dendam yang tak bisa terhapus... 

Tak ada satupun hal jelek yang dikaruniakan-Nya. 

Sudahkah kita bersyukur.

Sumber : Sate Jawa

Foto : Istimewa

Twitter : @Pasutri - Instagram : @igpasutri - www.pasutri.web.id


Orang yang Berpengetahuan Luas, pasti banyak Temannya

Orang yang Berpengetahuan Luas, pasti banyak Temannya
Jendela Pengetahuan
Back To Top