Jakarta (Pasutri - Couples) - Dispensasi sosial muncul dan berkembang sudah sejak awal peradaban manusia, dimana pada awalnya pria diposisikan menjadi peran utama "Pencari Makan". Tepatnya sebagai pekerja keras dan kasar, seperti berburu binatang jinak hingga buas, bercocok tanam dlsb.
Sedangkan wanita yang dapat melahirkan anak, diposisikan untuk mengasuh anak-anaknya.
Hal ini secara alamiah berkembang hingga abad modern, dimana wanita dengan images yang lemah secara fisik, yang sebenarnya hanya faktor kebiasaan yang turun temurun, hingga diposisikan dan memposisikan memjadi kaum yang lemah.
Posisi yang melemahkan wanita secara fisik, dapet diterjemahkan dari gambaran kondisi situasi di atas tersebut.
Ketika pria berangkat untuk berburu binatang, dengan berjalan menelusuri jalan-jalan hutan belantara yang penuh rintangan, juga dimungkinkan sambil membuka jalan-jalan baru yang jaraknya ber-kilo²meter, bahkan puluhan kilometer.
Baca juga : KDRT Istri Terhadap Suaminya
Ketika wanita (dengan kelebihannya dapat melahirkan, dan menyusui) sedang menyusui dan bercengkrama dengan anak²nya.
Sementara pria sedang bertarung menaklukan binatang buruannya, wanita sedang bercengkerama dengan anak-anaknya.
Ketika pria berhasil menaklukan dan memanggul binatang buruannya untuk dibawa pulang, sementara wanita sedang menyusun kayu bakar di tungku, yang sebelumnya sudah disiapkan oleh pria di pinggiran tempat tinggal mereka.
Jadi kita harus lengkap membedahnya, jika ingin membahas mengapa wanita diposisikan sebagai kaum lemah.
Dahulu posisi itu, secara fisik memang tercipta dengan alamiah, dan bahkan pria telah memanjakan wanita sejak dulu.
Kalau sejak dahulu sudah ada "Susu Kaleng", mungkin ketimpangan gender sudah tidak ada lagi pada saat ini.
Hal ini dikarenakan, kekuatan fisik adalah latihan bukan turunan yang baku. Seperti halnya sekarang, wanita yang ikut olah raga bela diri atau fitness misalnya, dapat dipastikan kekuatannya melebihi pria yang tidak ikut olah raga tersebut, begitu juga sebaliknya kan?
Mengapa "Susu Kaleng", sebab jika dari dahulu kala sudah ada "Susu Kaleng, maka ketika wanita sedang memburu binatang atau bercocok tanam, pria dapat memberikan susu kepada anak-anak mereka.
Dengan keberadaan Susu Kaleng, maka peran menyusui dapat digantikan.
Tetapi karena keberadaan Susu Kaleng, baru muncul pada zaman pra modern, bukan zaman batu yang segalanya serba otot.
Maka wanita dapat berkelit, yang kasar diposisikan sebagai kewajiban pria.
Foto : Istimewa
Twitter : @Pasutri - Instagram : @xpasutri - Tik tok : @pasangansuamiistri - www.pasutri.web.id
Labels:
Susu Kaleng
Thanks for reading Susu Kaleng 3.5 : Mengapa Wanita Jadi Kaum Lemah. Please share...!
0 Komentar untuk "Susu Kaleng 3.5 : Mengapa Wanita Jadi Kaum Lemah"