Dari cerita-cerita maupun kenyataan sehari-hari yang ada, tidak ada satu Playboy pun yang menempatkan dirinya sebagai orang yang miskin, sekalipun mungkin ia adalah orang yang relatif miskin.
Jadi seorang Playboy, berfikir jika ia berpenampilan berkecukupan plus ditambah berprilaku gentle, maka dapat dipastikan bahwa banyak "Cewe Matre" di lingkungannya yang jatuh hati padanya.
Tetapi lucunya, baik Playboy maupun "Cewe Matre" tersebut, mereka masih punya perasaan. Terutama perasaan yang timbul dari krisis eksistensi, karena bertepuk sebelah tangan.
Disinilah orang kadang tidak begitu sadar, bahwa mereka adalah Subyek dan Obyek yang sulit ditetapkan secara sepihak.
Siapa yang menjadi Subyek dan Siapa yang menjadi Obyek, karena masing-masing menempatkan dirinya sebagai Subyek yang ingin memenangkan pertarungan tersebut.
Tetapi biasanya mereka secara otomatis, menempatkan diri mereka sebagai Obyek, begitu mereka kalah.
Lucunya lagi, jika mereka kalah, mereka menyebut lawannya sebagai Subyek yang memang memiliki perilaku negatif.
Atau lebih gamblangnya, jika sang Playboy tidak dapat menundukan sang wanita, padahal dirinya sudah menghabiskan waktu dan uang yang relatif banyak, sang Playboy akan mengatakan "Dasar Cewe Matre".
Di lain pihak, jika sang "Cewe Matre" tidak dapat memanfaatkan waktu dan uang sang Playboy, maka sang "Cewe Matre" pun mengumpat dengan umpatan "Dasar Playboy."
Thanks for reading Susu Kaleng 6.2 : Playboy dan Cewe Matre. Please share...!
0 Komentar untuk "Susu Kaleng 6.2 : Playboy dan Cewe Matre"