5/27/2022

Susu Kaleng 5.4 : Kesetaraan Dalam Penyebutan

Jakarta (Pasutri) - Kesetaraan gender pada awalnya membuat kita bingung, sebab pada waktu yang bersamaan sebenarnya dapat membuat kita lebih mudah. Karena kita tidak perlu mengetahui pola-pola yang dari dahulu dibakukan sebagai diskriminasi sebuah subyek gender kepada subyek gender lainnya.

Kita bingung karena mau mulai dari mana, wanita dahulu, atau pria dahulu. Berangkat dari ego masing-masing subyek gender pada era kesetaraan gender, semestinya tidak ada lagi yang boleh mempermasalahkan. Sebab dahulu ketika masih ada konsep ladies first atau ketidak setaraan subyek gender. Dalam penyebutan misalnya, pria harus selalu mendahulukan wanita, tetapi lain halnya ketika wanita yang harus menyebutkannya, wanita pun mendahulukan dirinya.

Sebagai contoh, sekarang mungkin sudah saatnya kita saling menghargai, jadi jika dalam sebuah tulisan, undangan, atau mc dalam menyebutkan para hadirin. Kalau yang menyebutkan seorang pria, selayaknya ia harus menyebutkannya dengan; Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Tetapi sebaliknya, jika mc nya adalah seorang wanita, maka ia seharusnya menyebutkan dengan; Bapak-bapak dan Ibu-ibu.

Cukup adilkah hal ini? Demi kesetaraan subyek gender, dan untuk saling menghormati subyek gender lainnya, apakah ini dapat dijadikan sebuah jalan keluar yang bijak?

Apa artinya penyebutan? Kalau itu pertanyaannya, kita pun dapat menanyakan apa artinya sebuah konsep ladies first?

Dengan konsep ladies first yang mudah diucapkan, tetapi rumit untuk diterapkan, kita tidak boleh menyederhanakan variabel maupun masalah yang muncul dalam pola interaksi wanita dan pria. Sebab konsep ini mengkooptasi pemikiran pria dari semua tingkah lakunya sehari-hari, untuk mengalah pada wanita. Hal inilah yang terlihat rumit untuk diterapkan.

Sebab ketika kita setuju dengan konsep "Kesetaraan Dalam Penyebutan", maka konsekwensinya, kita akan dicemoohkan atau bahkan mencemoohkan pria yang sebenarnya ingin bertindak setara, dalam memperlakukan prilakunya terhadap wanita lainnya.

Untuk itu, kita tidak perlu berbelit-belit, untuk mengupas satu persatu konsep opini yang berkembang saat ini, dalam menempatkan subyek salah satu gender.

Terpenting adalah, kita memikirkan bahwa hal itu benar-benar setara bagi kedua belah pihak subyek gender itu sendiri.

Dengan demikian, yang harus dihilangkan adalah rasa canggung kedua belah pihak subyek gender itu sendiri, ketika menghadapi berbagai variabel maupun masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Foto : Istimewa
Terus Membaca
Twitter : @Pasutri
Instagram : @igpasutri
www.pasutri.web.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Us

Recent

Copyright 2021 © Pasutri - Couple All Right Reserved