Ilustrasi Keluarga Besar |
Sebagai anak umur 4 tahun, dan anak terakhir dari 9 bersaudara, tentunya orang berfikir aku anak yang sangat dimanja.
Sebenarnya tidak, karena Ibu dan Ayahku selalu bilang, kalau mereka tidak pernah membedakan semua anak²nya, dan begitulah kenyataannya.
Jujur hingga saat ini, aku belum pernah melihat Pasutri disekelilingku yang sangat berkearifan lokal, seperti apa interaksi kedua Orangtuaku.
Konsep² Ibu Pertiwi sangat terasa dalam kehidupan kami, melalui nilai² Pasutri Mimi lan Mintuno.
Tapi tahun 1964 adalah zaman pancaroba, yang tidak dapat dibendung.
Mungkin kalau Orangtuaku hidup di abad 18, dengan anak 9, kondisi mereka untuk memberi pembelajaran Budi Pekerti tidak serumit pada abad 19, meskipun modernisasi antara abab 18 ke 19, belum seperti abad 20 yang sudah ada internet, dimana pengaruh setiap anak dengan gadget masing², juga masing² impact-nya, terhadap masing² anak.
Sementara masaku kecil, baru ada tv dengan satu chanel tv, yaitu TVRI, meskipun kita bersembilan nonton acara yang sama, namun bisa saja membangun sudut pandang yang berbeda.
Jadi dari sembilan bersaudara ini, karakternya sangat berbeda.
Waktu ku kecil, karena jauh dari umur² kakak² kesatu hingga keempat, maka aku hanya dapat perhatikan mulai dari kakakku yang kelima, yang menurutku memiliki sifat terjelek, karena licik, tukang fitnah, playing victim, dan masih banyak lagi, tapi jujur dia adalah anak yang parasnya paling cakep dibanding semua kakak² ku
Sementara kakakku yang keenam dan keempat, mereka adalah Malaikatku.
Kakakku yang ketujuh dia juga licik, tapi masih dalam tahapan bokis abis.
Kakakku yang kedelapan, sebenarnya ia adalah kakakku yang terdekat, karena ia adalah kakakku langsung, walau berjarak umur 3 tahun.
Dari kakakku yang kedelapan inilah, aku banyak dapat pelajaran hidup, sebelum aku mengalami, karena ia lebih dulu merasakan tekanan² dari kakak²nya, yang secara tidak sadar ia ceritakan padaku.
Waktu berlalu, Ayahku meninggal muda, sehingga Ibuku harus menghidupi sembilan anaknya.
Saat itu aku masih SD, sementara kakak pertama dan keduaku sudah kuliah di Univeritas ternama di Jakarta.
Akhirnya kakak pertama dan keduaku berhenti kuliah, yang pertama terpaksa sekolah ke luar negeri, yang biaya kuliahnya lebih murah, dan bisa sambil kerja, sementara kakak keduaku menikah.
Akupun beranjak dewasa, mulai aku bisa lebih melihat pola komunikasi, dan karakter kakak²ku, lebih gamblang secara psikologis.
Ternyata kakak pertamaku punya dendam teramat sangat kepada Ibuku.
Menurut kakak pertamaku, selama Ayahku memiliki uang banyak, Ibuku hanya bisanya belanja hal² yang tidak penting.
Jadi saat Ayahku meninggal, Ibuku tidak punya tabungan sama sekali, hingga ia harus sekolah keluar negeri.
Padahal Ayahku yang pejabat tinggi kala itu, adalah seorang yang sangat idealis, jadi zero korupsi, jika dibanding teman² nya saat itu.
Kakak pertamaku yang banyak berteman dengan anak² teman Ayahku, merasa Ibuku tidak memberi fasilitas yang seperti diterima oleh anak² teman Ayahku, atau bahkan anak² dari anak buah Ayahku.
Saat itu tahun 60an ke 70an, Bank belum seperti sekarang bisa dipercaya. Bahkan aku mengalami masa uang nilai Rp. 1000 dipotong menjadi Rp. 1.
Ternyata tanpa setau Ayahku, Ibuku jika mendapat uang lebih dari Ayahku, karena tugas ke luar negeri, atau sebagai pembicara, atau hasil arisan Ibuku.
Ibuku selalu mengajak aku membeli barang² antik, entah di jalan Surabaya, atau di Pasar Rumput (kini jadi terminal bis di depan Sarinah), atau hingga ke Jogjakarta.
Sehingga barang² itulah yang dijual satu persatu, selain perhiasan Ibuku, untuk modal dagang beras Ibuku, juga jika ada kebutuhan besar, seperti saat kakak pertamaku harus ke luar negeri (beli tiket dlsb)
Inilah yang kakak pertamaku tidak tahu, atau tidak mau tahu.
Boleh dibilang, seluruh kakak²ku terpengaruh oleh hasutan kakak pertamaku.
Sehingga hampir semua kakak²ku menyalahkan Ibuku. Akulah yang paling sering mencoba menjelaskan kepada kakak²ku yang lain, fakta yang sebenarnya. Tapi tetap, sampai kakak pertamaku meninggal, ia pun masih tidak bisa mengerti, dan menerima.
Padahal sampai umur 70an, biaya hidup kakak pertamaku, masih sering ditopang oleh Ibuku.
Sekilas mengenai kakak pertamaku, ia adalah orang yang sok tau.
Satu saat aku kolaborasi dengan teman S2 ku, membuat kursus di sekolah².
Temanku sebagai investor, aku sebagai pengembang bisnisnya.
Karena kakak pertamaku pengangguran. Aku berikanlah kesempatan bekerja, dengan gaji yang memadai pada masanya, dan aku wajibkan hanya 2 hari kerja dalam seminggu.
Entah apa yang dipikirkan, melalui sekretaris investorku, ia menjelek-jelekan investorku. Akhirnya, investorku memutuskan kerjasama tersebut.
Belum sampai disitu, saat ia kuliah di lembaga yang ku dirikan, kalau kebijakanku kurang berkenan, ia menggalang mahasiswa yang lain untuk melawanku, padahal kuliah dia aku kasih gratis (dasar pengianat).
Itulah biadabnya kakak pertamaku
Kalau kakak kedua, apapun yang ia katakan menjadi sabda keluarga, kareini ia adalah anak terkaya di keluarga.
Jangan coba² menyalahkan kakak kedua, satu keluarga akan memusuhimu, kecuali aku yang selalu melihat dari sisi obyektifku.
Yang paling fanatik kepada kakak kedua adalah kakak pertama, ketiga, dan kelima.
Kalau kakak pertama, karena biaya hidup keluarga dengan satu orang anak, ditanggung oleh kakak kedua.
Juga kakak kelima yang suka berakal bulus, seolah-olah untuk membantu adik²-nya. Padahal setelah mendapatkan uang dari kakak kedua, uang tersebut hanya sebagian yang diberikan. Hahaha jenis orang seperti apa ini (hidup sebagai seorang paranormal)
Sementara anaknya kakak kelimaku, dibiayai kuliah dan kosnya di luar kota, hingga bertahun-tahun, karena tidak lulus².
Selanjutnya mengenai kakak ketiga, sebagai orang kedua terkaya di keluarga.
Dia juga seorang yang angkuh, kalau ngomong tidak dipikirkan, menyakitkan hati orang atau tidak (selalu mau menang sendiri).
Nyinyir melihat cara aku mendidik anak²ku, padahal beberapa anaknya pemakai berat narkoba, sampai anak pertamanya sempat kabur sama bandar narkoba di jalan Jaksa Jakarta Pusat.
Juga kakak keduaku, anak² nya ada yang pemakai hingga kini. Tapi kalau nasehati anaku kaya orang bijak saja.
Kakak keempat dan keenam, merekalah yang selalu menasehatiku untuk tetap jadi pembela Ibuku, dari serangan kakak pertama, yang kemudian diikuti oleh adik² yang lain.
Nah tiba di kakak kelima, dialah pengadu domba yang handal. Dia bisa melaporkan kepada kakak kedua, bahwa salah satu adiknya, menyia-nyiakan pasangannya, hingga tidak dikasih makan.
Sekenario yang terbaca olehku....
Kakak kedua akan terus kirim uang bulanan untuk makan enak, pasangan adiknya.
Nah hehehe lumayan, dia bisa ambil sebagian uangnya, reken² gaji buta.
Hal ini terjadi pula, ketika kakak ketujuhku sakit keras, kakak kelima sok sibuk hitung kebutuhannya. Setelah uang datang, tidak sampai separuh kirimannya yang dibelanjakan.
Malah ia check in sama selingkuhannya, dengan berpakaian "couple" gaya anak muda. Saat itu kakak kelimaku umur 67 dan selingkuhannya umur 30.
Kakak kelima ini bulus menurutku. Dari nikah ia pengangguran, alias ikut hidup sama istrinya yang bekerja sebagai guru.
Tapi saat dirinya memproklamirkan sebagai paranormal berhasil dipercaya orang, dan punya banyak uang hasil tipu² mulut manisnya, berselingkuhlah dia... hingga membuat istrinya stress dan setengah gila...
Tidak sampai disitu... ia sebenarnya cuma punya talenta memijit....
Kegilaan istrinya menjadi ladang cari uang, dengan menceritakan ketabahannya menemani istrinya, maka para pasiennya memberi uang ekstra....
Ia tidak pernah bilang, bahwa kegilaan istrinya karena ulah dirinya dengan selingkuhannya...
Hingga kini, setiap pagi ia pergi ke kontrakan selingkuhannya, yang cuma berjarak puluhan meter dari rumah istrinya, dengan alasan terima pasiennya di kontrakan selingkuhannya. Padahal rumah istrinya lebih besar dari kontrakan selingkuhannya.... dasar dukun cabul.
Kalau kakak ketujuh, dia paling bokis, tapi tidak sampai tipu muslihat seperti kakak kelima.
Dengan dia, aku belajar untuk tidak bisa diakali oleh teman²ku. Karena hari² sering sekali kakak ke 7 ini ngakali aku.
Dan yang terakhir kakak kedelapan, dia juga banyak ngajari aku tentang kehidupan. Mengajarkan benar² tentang kehidupan. Tapi sayangnya, iapun percaya dengan cerita kakak pertama tentang Ibuku.
Sehingga ia juga membenci Ibuku.
Tapi anehnya, mereka (kakak pertama, kakak kelima, kakak kedelapan) kalau didepan Ibuku, mereka seolah paling sayang sekali kepada Ibuku
Mungkin karena aku yang paling membela Ibuku, aku difitnah, mendapat uang dari Ibuku. Padahal aku seorang pejabat Pemerintah yang ber-eselon, dan bukan ber-eselon awal.
Tanpa korupsi aku hidup cukup, dan mungkin nurun dari nasib Ayahku, yang sering dikirim ke luar negri, juga jabatanku yang cukup diatas, sehingga ada tabungan untuk beli beberapa rumah.
Ditambah dari mulai kuliah, aku pun sudah mengumpulkan uang untuk membeli properti.
Keberhasilanku membuat semua kakak² lakiku sirik,
Jujur, aku sering bilang sama kakak²ku, hilangkan dendam kalian semua kepada Ibu kalian, kalau kalian mau jadi orang berhasil.
Cerita mengenai kakak pertama, yang terjadi saat ia remaja, hanya isapan jempol, karena sebagai kakak pertama, dirinya tidak mau keluar dari zona nyamannya. Yang kemana-mana pakai mobil pribadinya, dan setelah ayahku meninggal hanya bisa punya motor.
Entah Setan Jahat yang mana yang mempengaruhi otak kalian, dan kalian pasti akan kena kualat semua, dan betul ternyata kata² ku, mereka semua pengangguran dari remaja hingga hari tuanya.
Semoga aku tidak jumawa, sementara kakak keempat dan keenamku, hanya berintetaksi denganku (karena mereka tidak tinggal bersama kami), melalui nasehatnya, tapi juga sering menuntunku ke jalan yang benar.
Kedua kakakku itulah yang sangat bijak, yang juga tidak pernah didengarkan oleh keempat kakak² ku lainnya.
Kakak keempat dan keenamku yang membuatku, untuk selalu hormat kepada Ibuku. Aku satu²nya yang berada diantara keempat kakak² yang tidak tau diri itu.
Hal ini terbukti, keempat kakak²ku pengangguran semua. Sementara aku berkarir cukup baik. Sering diikutkan Course yang bersifat internasional, di luar negeri.
Waktu begitu cepat, aku menikah selama lebih kurang 10 tahun, aku bercerai.
Belajar dari politik keluarga, aku dekati kakak kelimaku. Mengapa, ia adalah, apapun demi uang, ia lakukan.
Kupercayakan proses perceraianku pada kakak kelimaku, semua biaya aku tanggung. Plus bantu pembiayaan usaha dia (yang akhirnya gagal), yang tidak kurang dari 50 juta rupiah.
Dia lupa, dulu saat dia kesulitan membawa anaknya kembali dari luar negri ke Indonesia, akulah yang pasang badan, bukan hanya uang, tapi lebih dari itu.
Perceraianku akhirnya selesai, tapi aku dimusuhi oleh ke enam orang kakak² ku (kecuali kakakku kelima terpaksa memihak aku - khan ada duitnya), beserta seluruh anak cucunya.
Akupun menikah untuk kedua kalinya, tapi karena aku masih dimusuhi keluarga kandungku (dulu kandung), akupun nikah diam².
Siapa EO nya ya, kalau ada uangnya, paling kapabel ya kakak kelima. Singkat kata, pernikahan itu terlaksana.
Baca juga : Jangan Cari Istri Tukang Bohong
Kali ini, umur pernikahanku lebih lama dari yang pertama, tapi sebenarnya komunikasiku sangat buruk dengan pasanganku.
Perceraian kedua, disinilah sebenarnya cerita dimulai.
Disinilah aku tersadarkan, bahwa aku tidak punya kakak kandung lagi, semua hanya politicking.
Karena masih pandemi yang sangat ketat, maka aku minta dintrogasi di WAG Keluarga, yang nantinya bisa dilanjutkan ke zoom meeting.
Tidak satupun yang menanggapi di WAG itu, apalagi japri.
Singkat kata mereka memihak ke kakak keduaku, yang merupakan kakak terkaya di keluargaku dulu. Apa kata dia, itulah sabda.
Kenapa, khan semua numpang hidup sama dia. Bukan berarti aku tidak pernah dapat bantuan dari kakak kedua.
Kedua terkaya adalah kakak ketiga, tapi setelah perusahaannya bangkrut, ia sudah sangat berkurang pengaruhnya, bahkan ia pun sangat nginduk pada kakak kedua.
Kembali pada wa ku ke wag keluarga, yang tidak ada respon.
Aku berniat, jika hingga satu bulan tidak ada respon, maka akan aku putuskan, aku akan keluar dari keluarga ini.
Dan sampai kapanpun, sudah bulat keputusanku, untuk tidak mengakui, dan minta diakui, bahwa aku punya kakak
Sebenarnya sudah dari saat perceraian pertamaku. Tapi karena kakak keempat dan keenamku menahannya, juga waktu itu masih ada Ibuku yang masih harus kubela, maka niat itu aku urungkan.
Baca juga : Jangan Cari Istri Tukang Bohong
Tapi saat ini, Ibuku sudah tiada, jadi kakak keempat dan keenamku pun, tidak bisa bilang apa².
Pesan dari tulisan ini, kita harus bahagia bukan mencari kesenangan, apapun yang harus ditempuh, lakukanlah demi kebahagiaan.
Kalau kita hanya mempertahankan yang normatif dalam segala hubungan, apalagi pernikahan, tapi semua itu semu, buat apa. Hidup bukan buat formalitas.
Maka tidak menutup kemungkinan, setiap pagi kita menggerundel hati ini, ujung²nya stress, dan lumpuh. Jangankan kebahagiaan, kesenangan pun tidak kita dapatkan.
Kalau pasangan kita benar² mencintai kita, maka judulnya, "Anda Beruntung", kalau tidak, " Anda Buntung"
Selamat berpisah kakak²ku, pakde bude ku, seluruh keponakanku, itu sebelumnya, kini Lo Gue End.
Kini anda semua, bukan siapa²ku lagi, dan akupun bukan siapa² kalian lagi.
Terkecuali kakak keempat dan keenamku, yang selalu memberikan pencerahan kepadaku.
Semoga aku dapat hidup lebih legowo, dan bahagia tentunya.
Nah itulah mengapa aku harus "Bersyukur Aku Kehilangan semua Kakak Kandungku"
Karena aku sudah tidak harus memikirkan mereka dengan cinta, sementara mereka politicking ke aku...
Twitter : @Pasutri - Instagram : @igpasutri - www.pasutri.web.id
Penulis : Taufik
Base on true story
Labels:
Lifestyle,
Short Story
Thanks for reading Bersyukur Aku Kehilangan semua Kakak Kandungku. Please share...!
0 Komentar untuk "Bersyukur Aku Kehilangan semua Kakak Kandungku"