Setara dalam bahasa Jawa terjemahan Google adalah "padha karo", dalam bahasa Inggris "Equivalent", dan dalam bahasa Jerman "Equivalent".
Dari ketiga bahasa tersebut, memiliki makna yang sama, yakni , "Sama dan Sebangun". Jadi konsekwensi Kesetaraan Gender adalah memiliki Hak dan Kewajiban yang sama, kecuali ditetapkan oleh kodrat dari Gender itu sendiri.
Semisal pria tidak punya kewajiban untuk hamil dan menyui, Karena pria memang diciptakan seperti itu adanya.
Kecuali kodrati, mereka adalah mahluk yang sama. Sama-sama bisa jadi orang baik, sama-sama bisa jadi orang jahat.
Begitu juga secara fisik, sama-sama bisa jadi orang yang kuat, dan sama-sama bisa jadi orang yang lemah.
Dengan pola pendidikan yang equal dari kecil, secara ceteris paribus pasti mereka punya kekuatan yang sama.
Ingat seri The X Factor - dimana kekuatan wanitanya kadang lebih kuat dari yang pria.
Jadi bagi wanita Indonesia yang ingin mengedepankan Kesetaraan Gender untuk Gaya Hidupnya, harus siap menyesuaikan dirinya dalam hak dan kewajiban yang setara.
Intinya, kalau mau setara ya setara, tidak pakai privilege. Seperti minta jatah atau diberi jatah 30% di DPR.
Sebagai pria sebenarnya saya sangat setuju dengan Kesetaraan Gender, karena jika genteng rumah saya bocor, maka istri saya pun bisa, dan harus mau bergantian memperbaikinya.
Itu kalau pun pasangan saya ngotot diperlakukannya Kesetaraan Gender.
Kalau Anda Wanita yang tidak setuju, lebih baik ikuti norma-norma leluhur Mimi lan Mintuno. (SSM)
Twitter : @Pasutri - Instagram : @xpasutri - Tik tok : @pasangansuamiistri - www.pasutri.web.id
Foto : Istimewa
English
The Java equivalent of Google's translation is "padha karo", in English it is "Equivalent", and in German it is "Equivalent".
Of the three languages, they have the same meaning, namely, "Similar and Concurrent". So the consequence of Gender Equality is having the same Rights and Obligations, unless determined by the nature of Gender itself.
For example, men have no obligation to get pregnant and breastfeed, because men are created that way.
Except nature, they are the same creature. Both can be good people, both can be bad people.
Likewise physically, both can be strong people, and both can be weak people.
With an equal pattern of education from a young age, ceteris paribus, they must have the same strength.
Remember The X Factor series - where the power of women is sometimes stronger than that of men.
So for Indonesian women who want to prioritize Gender Equality for their Lifestyle, they must be prepared to adapt themselves to equal rights and obligations.
The point is, if you want to be equal, be equal, don't use privileges. Like asking for a share or being given a 30% share in the DPR.
As a man, I really agree with Gender Equality, because if the roof tiles in my house leak, then my wife can, and must be willing to take turns fixing it.
That is even if my partner insists on treating Gender Equality.
If you are a woman who disagrees, it is better to follow the norms of Mimi and Mintuno's ancestors. (SSM)
Twitter : @Pasutri - Instagram : @xpasutri - Tik tok : @pasangansuamiistri - www.pasutri.web.id
All about Couples
Photo: Special
Labels:
Gender Equality
Thanks for reading Jangan Bilang Kesetaraan Gender, Kalau Masih Ada Istilah "Wanita itu Kaum Lemah" - Don't Say Gender Equality, If There's Still The Term "Women Are Weak". Please share...!
0 Komentar untuk "Jangan Bilang Kesetaraan Gender, Kalau Masih Ada Istilah "Wanita itu Kaum Lemah" - Don't Say Gender Equality, If There's Still The Term "Women Are Weak""